Sabtu, 18 September 2010

Ronggeng


"........Ronggeng, seringkali diasosiasiakan dan digambarkan sebagai sosok perempuan penari nan “erotis”, “bahenol”, “genit”, dan dipandang sebelah mata karena dianggap “murahan”. Tentu gambaran tersebut adalah hasil labelisasi dan stigma yang dilekatkan secara sepihak oleh masyarakat. Hemat penulis tidak akan ada satu pun perempuan yang mau dan dengan suka rela dicap negatif seperti sebutan di atas. Sebab, bukan hanya harga diri atas pribadi yang dinodai, melainkan juga tiadanya pengakuan atas sebuah pekerjaan seni yang menghibur. Ada realitas sosial dimana nilai dan norma masyarakat tidak singkron dengan kehendak bebas anggota masyarakat di dalamnya. Akibatnya, lahir sebuah sikap mendua. Mau tapi malu, menikmati sekaligus menghujat, dan berbagai ironi lainnya, khususnya dalam menyikapi kehadiran ronggeng sebagai seorang entertainer rakyat...." 
(Yanu E. Prasetyo, MTB, Hal 10)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar