Maklum Sudah Tradisi !
Seringkali ketika penulis bertanya pada seseorang mengapa dia melakukan sesuatu? Maka mereka akan menjawab dengan kalimat : sudah tradisi! Jika sudah demikian, maka kening Saya berkerut akibat tarikan berbagai pertanyaan yang melintas dalam pikiran, seperti sejak kapan tradisi semacam itu dimulai? Darimana? Mengapa begitu tidak begini? dan lain sebagainya. Tradisi menjadi mantra yang ringkas, padat, dan ampuh untuk melegitimasi suatu tindakan. Seolah-olah, ketika kita sudah bilang suatu tindakan sebagai tradisi maka tindakan itu sudah “benar” dan tidak perlu dipertanyakan kembali, apalagi dibantah.
Seringkali ketika penulis bertanya pada seseorang mengapa dia melakukan sesuatu? Maka mereka akan menjawab dengan kalimat : sudah tradisi! Jika sudah demikian, maka kening Saya berkerut akibat tarikan berbagai pertanyaan yang melintas dalam pikiran, seperti sejak kapan tradisi semacam itu dimulai? Darimana? Mengapa begitu tidak begini? dan lain sebagainya. Tradisi menjadi mantra yang ringkas, padat, dan ampuh untuk melegitimasi suatu tindakan. Seolah-olah, ketika kita sudah bilang suatu tindakan sebagai tradisi maka tindakan itu sudah “benar” dan tidak perlu dipertanyakan kembali, apalagi dibantah.
Akan tetapi, ketika penulis berkeliling ke berbagai tempat, bertemu bermacam-macam manusia, dan menyaksikan aneka jenis kegiatan masyarakat, banyak juga apa yang disebut sebagai “tradisi” itu yang mengalami perubahan. Banyak tradisi ternyata tidak lagi sesuai dengan pakem-nya. Banyak tradisi tidak lagi dipahami makna, filosofi, maksud dan tujuannya oleh generasi yang notabene seharusnya mewarisi. Puluhan dan mungkin ratusan macam tradisi telah bergeser dari “rel” dan bahkan ada yang jatuh ke jurang dan menghilang ditelan ombak perubahan jaman yang semakin maju [baca:kompleks]. Intinya, dari pengamatan penulis, banyak tradisi sedang berada di persimpangan jalan, apakah akan bertahan, bermutasi, atau hilang ditinggalkan generasi selanjutnya.
Dalam buku ringkas dan sederhana ini, penulis berusaha untuk mengingatkan kembali, atau sekedar memutar ingatan kita akan tradisi-tradisi masa lalu yang kini telah banyak berubah. Penulis tidak berusaha mengatakan bahwa perubahan itu baik atau buruk, benar atau salah, melainkan hanya melakukan refleksi kecil-kecilan agar kita bisa merenung sejauh mana kita telah “meninggalkan” warisan leluhur kita di masa lalu. Kalaupun menurut pembaca buku ini “tidak banyak berguna”, atau “kurang mendalam”, karena memang buku ini hanya sekedar “memotret” segelintir tradisi yang sempat teramati oleh penulis. Syukur-syukur kalau kemudian cerita yang diangkat ternyata sampai pada esensi yang diharapkan. Mohon dimaklumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar