"...kita sering melihat bahwa yang mampu atau biasa menjadi pembatik tradisional kebanyakan adalah perempuan. Sebab, batik pada masa dahulu adalah sebuah tradisi bercitarasa tinggi yang dikerjakan oleh mereka yang ingin melatih kesabaran, ketekunan, dan kepekaan rasa. Biasanya dilakukan oleh para putri raja dan para pembantunya [abdi dalem]. Para pembatik tulis yang masih ada saat ini pun adalah perempuan-perempuan sabar dan tekun yang masih tersisa. Gambaran ini bertolak belakang ketika mulai marak produksi batik cap, dimana laki-laki yang lebih banyak menjadi tenaga kerjanya. Karena dalam industri batik cap lebih mengedepankan kemampuan fisik dan tenaga, bukan kedisiplinan jiwa dan rasa..."
(Yanu E. Prasetyo, MTB, Hal 103)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar