"......Ketika seorang lelaki berpakaian serba putih dengan ikat kepala plus lonceng kecil di tangannya keluar, jenazah ibu paruh baya tadi yang sudah ditutup kain putih diangkat dan dimasukkan ke dalam Bade. Tak berapa lama kemudian, belasan pria kekar telah siap berdiri dan mengangkat kereta tandu yang telah berisi jenazah tadi. Begitu kereta diangkat, bunyi gamelan khas bali bertalu-talu mengiringi arak-arakan kereta jenazah menuju lokasi pembakaran mayat. Puluhan, dan bahkan ratusan orang dibelakangnya setengah berlari (saking cepatnya si pengarak kereta berjalan), mengikuti dari depan dan belakang. Sementara para turis mancanegara yang sedari tadi merekam dan memotret penuh antusias, juga bergegas tak mau ketinggalan. Ya, itulah bagian dari prosesi ngaben atau upacara pembakaran mayat yang begitu mahsyur di pula dewata ini....."
(Yanu E. Prasetyo, MTB, hal 25)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar