Sabtu, 18 September 2010

Gotong Royong

"....Kemalasan, kesibukan, dan teknologi yang memudahkan sekaligus “memalingkan” seseorang dari lingkungan sekitarnya, menjadi pengikis semangat kepedulian dan gotong royong. Bahkan, anak-anak generasi sekarang, tidak lagi mempunyai cukup ruang publik yang luas untuk bermain bersama tetangga atau anak-anak seusia. Mereka lebih senang bertapa di depan televisi atau play station yang dikhawatirkan bisa menumpulkan kecerdasan emosionalnya. Pembangunan mall dan simbol-simbol konsumerisme dibangun bak cendawan di musim hujan yang mengakibatkan silaturahmi ke rumah tetangga menjadi beralih ke tempat-tempat belanja yang megah itu. Masyarakat lebih rajin menyambangi restoran fastfood yang tidak hanya menawarkan makanan secara efisien, melainkan juga menjajikan kesenangan [termasuk berbagai permainan anak] [Ritzer, 2002:91]. Waktu luang yang bisa dimanfaatkan untuk mengenali lebih dekat orang-orang disekitar kita praktis makin sedikit. Wajar kalau kemudian ada teroris yang sedang bersembunyi di salah satu rumah tetangga, kita juga tidak tahu....."
(Yanu E. Prasetyo, MTB, Hal 97)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar